Powered By Blogger

Senin, Agustus 25

CSR MEMPENGARUHI KEPUTUSAN BISNIS DAN PEMBUAT KEBIJAKAN

Konsep hubungan antara perusahaan dengan masyarakat ini dapat ditelusuri dari zaman Yunani kuno, sebagaimana disarankan Nicholas Eberstadt. Beberapa pengamat menyatakan CSR berhutang sangat besar pada konsep etika perusahaan yang dikembangkan gereja Kristen maupun fiqh muamalah dalam Islam. Tetapi istilah CSR sendiri baru menjadi populer setelah Howard Bowen menerbitkan buku Social Responsibility of Businessmen pada 1953. Sejak itu perdebatan tentang tanggung jawab sosial perusahaan dimulai. Tetapi baru pada dekade 1980-an dunia Barat menyetujui penuh adanya tanggung jawab sosial itu. Tentu dengan perwujudan berbeda di masing-masing tempat, sesuai pemahaman perusahaan terhadap apa yang disebut tanggung jawab sosial.

Secara umum dibedakan menjadi faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal terutama berkaitan dengan kritik organisasi masyarakat sipil terhadap kinerja sosial dan lingkungan perusahaan. Sejarah hubungan antara perusahaan dan masyarakat mencatat banyak peristiwa tragis yang disebabkan operasi perusahaan. Organisasi masyarakat sipil memprotes kinerja yang buruk, yang kemudian ditanggapi oleh perusahaan. Tanggapan defensif serta kamuflase hijau memperumit masalah, sedang yang positif menghasilkan perkembangan CSR.

Institusi pembiayaan yang kian kritis menanamkan investasi memperkuat kecenderungan CSR. Demikian pula konsumen yang juga bersedia membayar ’’ green premium ’’ untuk produk-produk tertentu yang dihasilkan perusahaan berkinerja sosial dan lingkungan baik. Terakhir, pasar tenaga kerja yang menunjukkan adanya pergeseran pilihan dengan mempertimbangkan reputasi perusahaan.

Gabungan faktor-faktor eksternal itu membuat perusahaan yang menjalankan CSR dengan sungguh-sungguh lebih berkemungkinan bertahan di tengah kompetitifnya iklim dunia usaha.

Faktor internal, misalnya, kepemimpinan puncak manajemen perusahaan yang melihat CSR merupakan sumber peluang memperoleh keunggulan kompetitif (responsibility is opportunity). Cukup banyak pengamat yang berpendapat bahwa faktor internal sebagai pendorong CSR semakin kuat berperan di masa datang.

Di masa yang akan datang, setelah semakin terbukanya wawasan dan kesadaran masyarakat serta pemerintah terhadap makna tanggungjawab social - CSR, maka kelangsungan hidup suatu perusahaan akan ditentukan policynya oleh stakeholders. Menutupi tindakan perusahaan yang merugikan masyarakat akan berakibat fatal. Oleh karena itu, kini makin banyak perusahaan yang sadar akan pentingnya masalah sosial dan lingkungan sebagai unsur biaya perusahaan. Hal ini akan lebih menguntungkan dibanding akhirnya harus membayar tuntutan ganti rugi kepada masyarakat yang mungkin jauh lebih besar setelah perusahaan mengalami masalah sosial.

Hal yang demikian memerlukan pemahaman yang mendalam terhadap perwujudan CSR sebagai konsekuensi dari penerapan pendekatan stakeholders. Tuntutan bisnis etis, berimplikasi pada perwujudan aktivitas industri sebagai interaksi harmonis antara stakeholders (pihak-pihak yang berkepen-tingan) dengan para pelaku bisnis (shareholders) itu sendiri. Terwujudnya

interaksi harmonis itulah yang diharapkan oleh semua lapisan masyarakat. Oleh karena itu, semua tindakan bisnis dan aktivitas industri akan menjadi penilaian para stakeholders. Semakin etis perilaku bisnis/industri, maka tujuan perusahaan akan tercapai dengan sendirinya dan bisnisnya selalu berjalan dalam koridor hukum.

Tidak ada komentar:

Mengenai Saya

Jakarta, Indonesia, Indonesia
Kekuasaan dan pengaruh perusahaan raksasa atau korporasi di berbagai sisi kehidupan masyarakat yang semakin kokoh adalah fakta empiris. Dengan kekuatan itu, dampak positif maupun negatifnya pun sangat besar. Tidak ada yang menyangkal bahwa korporasi telah memberikan sumbangan bagi kemajuan ekonomi, peningkatan sumberdaya manusia dan sebagainya. Namun, dampak negatif aktivitasnya juga berskala yang sama. Kerusakan lingkungan, proses pemiskinan dan marginalisasi kelompok masyarakat sangatlah rentan,dan semakin lebarnya kesenjangan ekonomi dan pengaruhnya terhadap proses politik di berbagai jenjang pemerintahan hanyalah sebagian dari dampak negatif itu. masih terdapat kebijakan ekonomi-politik pemerintah dan produk hukum yang kurang kondusif dalam mendorong investasi yang ramah sosial dan lingkungan. Implementasi kebijakan CSR korporasi yang bersifat kosmetikal juga masih kerap ditemukan.dan dalam Blog ini saya ingin membagi atau belajar dengan anda mengenai segala permasalahan CSR di negeri ini hingga terwujud kesetabilan dan dapat meningkatkan perekonomian INDONESIA khususnya. Bravo... Weekup...and Speakup for you future right now